Minggu, 18 Desember 2022
Sabtu, 04 Juli 2020
PEJUANG SUBUH
PEJUANG SUBUH
Tanggal 5 Juli 2020
bertepatan hari Ahad, setelah sholat Subuh berjamaah aku keluar dari pintu Nurul Ihksan,masjid sekitar 200m dari rumah,kulihat langit masih gelap tak
berbintang diselimuti awan hitam,”kemungkinan
akan turun hujan pagi ini pikirku”,berarti hari ini jalan-jalan pagi ditunda
.Sayup-sayup kudengar pembicaraan 2 orang jamaah masjid tetangga,masjid Al Muhajirin,aku
tidak tahu apa tema pembicaraan mereka, mereka
jalan pagi pikirku, akupun memutuskan pagi ini tetap jalan-jalan pagi walaupun langit nampak mendung.Aku memang
programkan setiap hari libur Sabtu dan Ahad melakukan Aktifitas Fisik yang BBTT
(Baik,Benar,teratur dan terukur) dengan jalan pagi untuk meningkatkan daya
tahan tubuh apalagi masa pandemic covid19 seperti saat ini.
Jarak tempuh jalan-jalan pagi sekitar 1,6 Km pergi pulang,aku mulai
dari titik star pas depan rumah, sambil berjalan aku mengulangi Dzikir Pagi,minta perlindungan
kepada Allah SWT dari gangguan mahluk
halus, Agar diberikan Kesehatan,agar tetap dalam penjagaan-Nya dan lain-lain.
Belum cukup seperdua jarak tempuh kulewati tiba-tiba
perasaan akan BAB muncul,Kutatap kedepan jalanan yang akan aku tempuh,Nampak
masih jauh,mungkin aku masih bisa tahan perasaan BAB ini pikirku,akupun tetap melangkah pasti melanjutkan jalan-jalan
pagi.Belum 200 meter aku tempuh perasaan ingin BAB itu muncul lagi,tapi aku
tetap melanjutkan jalan-jalan pagi.Dari jauh aku lihat pengendara sepeda motor
berjalan agak pelan kemudian belok agak ke kiri kemudian kembali belok ke kanan
kemudian tancap gas,sepertinya menghindari sesuatu ditengah jalan,sepeda motor
itu berlalu disamping aku cukup kencang,ternyata motor tadi itu menghindari
daun lontar yang jatuh dari pohonnya dan tergeletak pas ditengah jalan,aku
berpikir akan mengangkatnya ke pinggir jalan tapi khawatir jangan sampai
ada binatang berbisa
disela-selanya,sehingga aku mengurungkan niat dan kembali melanjutkan jalan
pagi.
Tak terasa aku sudah sampai dipertengahan,pasnya Maloi (Nama
Kampung) aku balik memutar arah perjalanan untuk kembali menepuh reute jalan
pagi,entah kenapa tiba-tiba rasa ingin BAB itu kembali muncul,aku tetap
berjalan,dari kejauhan aku melihat 2 Orang jamaah Masjid Al Muhajirin,pas di
depan aku,aku ucapakan”Assalamualaikum” cukup lantang,Mereka kompak menjawab “Wa
Alaikum Salam” kemudian masing-masing kami melanjutkan jalan pagi tanpa cerita
apa-apa ataupun basa basi seperti hari sebelumnya kalau berpapasan,aku juga memang
menghindari bicara terlalu panjang,takut kalau tema pembicaraan melebar
sementara masih ada perasaan ingin BAB.
Aku tiba dijalanan daun lontar tergelatak
ditengahnya,suasana mulai terang,kulihat daun lontar dengan jelas dan Nampak tidak
ada binatang penyengat atau berbisa disela-selanya,aku mengangkatnya satu satu
ke pinggir jalan kemudian kembali melanjutkan perjalanan.Perasaan ingin BAB itu
dari tadi masih ada,dan sekarang ini serangannya cukup dahsyat,aku tetap
mencoba bertahan agar tidak jebol sambil terus berjalan,ku tatap kedepan
lagi,jarak tempuhku masih jauh,serangan perasan ingin BAB semakin mengganas,aku
tetap bertahan sambil tetap berjalan,sesekali kuhirup nafas dalam-dalam untuk
membantuku tetap bertahan pada saat genting seperti yang aku rasakan sekarang
ini,”aku tumpahkan saja di pinggir sawah,atau disemak-semak dipinggir jalan,tapi
bagaimana kalau tiba-tiba ada masyarakat yang melihat kelakuanku yang tidak
senonoh itu,dan bukankah 2 Orang jamaah Al Muhajirin masih dibelakang aku,Kutaruh
dimana muka aku kalau mereka sampai melihat dan mengetahui apa yang aku lakukan
dipinggir sawah atau disemak-semak,bukanakah kita dilarang BABs (Buang Air
Besar sembarang),bukankah selama ini kita memperjuangkan kampung ODF (Open
Devication Free),aku terus berpikir sambil berjuang menahan rasa ingin BAB.Kurasa
keringat dingin mulai mengucur ditubuhku,entahlah apa ini tanda aku bugar atau
karena perjuangan beratkku menahan BAB,Ku sela keringat yang mengucur
dikeningku dengan jari telunjukku,telapak tanganku pun ikut berkeringat,sesekali
aku menahan nafas untuk bertahan,kemudian kuhirup lagi nafas dalam-dalam,ku
hembuskan pelan pelan tak bersuara,kudengar perutku bunyi seperti diaduk,aku
harus bertahan pikirku.
Tak terasa aku tiba di depan rumah,kulihat lampu teras masih
menyala,pintu depan sudah terbuka,kulihat anak tertuaku duduk dikursi plastik memgang mushaf sambil mengulangi hafalnya,setelah
dekat aku berkata kepadanya”bi Syai in
Ajib, bi Syai in Ajib, bi Syai in Ajib (Sesuatu yang ajaib terjadi 3x) kuulangi
sampai tiga kali,anakku sepertinya tidak memahami maksudku dan tetap komat
kamit mengulangi hafalannya,aku melakukan gerakkan strecing,kuletakkan kedua
tanganku kiri kanan dipinggang,kutarik dadaku kebelakang dan kudorong perut
kedepan,ku ulangi beberapa kali,kemudian membungkuk meraih ujung jari kakiku
dan memegangnya dengan kedua tanganku kiri dan kanan,kutahan bebrapa
saat,setelah puas aku kembali berdiri lurus,kemuadian masuk ke dalam rumah,aku
barkata lagi pada anakku bi Syai in Ajib (Sesuatu yang ajaib terjadi 3x),Am
suna alal Ard,min Huna ilaa Hunaka Maksudnya aku jalan-jalan dari sini (depan
Rumah) kea rah Sana (Maloi),Tsumma Ba’dahu am suna min Hunaka ila Huna
(kemudian setelah itu aku berjalan dari sana maksudnya maloi kembali kesini (di
rumah ),sementara aku menahan BAB,kulihat anakku menahan tawanya.
Aku bergegas masuk ke WC.kemudian kucari posisi yang ergonomic,pelan
tapi pasti kutumpahkan yang dari tadi kupertahankan,aku merasakan mereka
berdesakan,seperti tidak sabar antri menunggu giliran,aku membiarkan saja
mereka keluar leluasa,seskali aku mengedan tak bersuara,kembali mereka keluar
dengan ikhlas,aku juga ikhlas,saling mengihlaskan,aku merasa puas ,telah
menuntaskan perjuanganku samapai tuntas,tanpa efek samping,hari ini aku pejuang
tangguh,pejuang subuh.
Senin, 03 September 2018
Jumat, 18 Februari 2011
Jumat, 16 April 2010
Kitapun harus menyadari bahwa kehidupan kita sekarang ini sepenuhnya bukanlah kemauan dan rekayasa kita,kita tidak mampu menentukan dan memilih jenis kelamin ketika kita masih di rahim, dan memang ternyata ada yang merancang dan mengaturnya, jadi seharusnya prinsip hidup kita adalah agar Dia senang, atau Ridho pada kita......
Langganan:
Postingan (Atom)